Jujur merupakan salah satu sifat Rasulullah yang patut untuk kita teladani. Jujur dalam keburukan lebih sering ditutupi daripada jujur dalam kebaikan. Namun seperti dalam peribahasa bau bangkai pasti akan tercium juga. Mau ditutupi seperti apapun, keburukan pasti akan ketahuan juga. Ketika itu ada dua pilihan. Jujur walau nantinya kena marah besar tapi merasa lesa. Atau tetap berusaha menutupi yang sebenarnya tidak kena marah dan tiap waktu dihantui rasa bersalah.
Jujur adalah satu kata penuh arti yang bisa jadi sangat mudah dilakukan atau sangat sulit dilakukan. Sebuah kisah seorang laki-laki yang mengidap HIV/AIDS akan menikah dengan seorang wanita. Ketika sebelum menikah dia mengetahui bahwa dia mengidap HIV/AIDS. Namun dia tidak berani jujur tenang keadaannya kepada calon istrinya. Pernikahanpun berlangsung hingga keduanya dikarunia seorang putra. Sang ayahpun masuk rumah sakit karena HIV yang kian hari menggerogoti tubuhnya. Setelah sakitnya benar-benar parah, sang ayah baru jujur kepada istrinya tentang keadaannya. Dia takut calon istrinya meninggalkannya jika dia jujur sebelum menikah. Laki-laki tersebutpun meninggal. Meninggalkan penyakit yang ditularkan kepada Istri dan anaknya.
Sungguh dasyat sebuah kejujuran di awal walaupun pahit dan pedih diungkapkan. Walaupun akhirnya ditinggalkan, dicuekin dan dikucilkan. Apalagi jujur ketika puasa, insyaAllah akan lebih melegakan walau nantinya kena marah juga. Semoga ibadah puasa kita tidak rusak karena sebuah keburukan yang ditutupi. Amiin :)
Comments
Post a Comment