“Hidup ini penuh dengan kesempatan kedua asal saja kamu memiliki kemampuan untuk mengenalinya dan keberanian untuk bertindak”
Pada suastu saat dalam hidup kita, hampir semua dari kita mendambakan kesempatan kedua untuk melakukan satu hal yang kita impikan, tetapi tidak pernah berbuat untuk mengusahakannya. Namun hampir semua dari kita tidak ingin membuat lompatan menyeberangi jurang yang memisahkan impian dengan perbuatan.
Selalu akan ada orang yang memperingatkan kita bahwa kita akan gagal pada ini atau itu. Pertanyaan yang penting untuk diajukan buka apakah aku akan gagal, tetapi apakah akan berhasil mencapai hasil?
Bagaimana kita melatih diri sendiri untuk melihat dan bertindak pada kesempatan kedua dalam hidup? Di awah ini, dari para ahli dan orang yang mencari kesempatan kedua, ada enam petunjuk:
Carol Wall, seorang manajer di perusahaan konsultan bank Midwest, ketika masih remaja mendapatkan kegagalan karena giginya jelek, dan merasa bahwa gigi jelek bukan hal yang cukup gawat untuk diresahkan, namun jauh di lubuk hatinya Carol merasa pritahin. Kemudian setelah ulang tahunnya yang ke-43, dia memutuskan untuk mendapat perawatan gigi. Selain penampilannya yang lebih baik, Carol mendapat bonus tambahan: “Menciptakan senyuman baru pada umurku sekarang memperlihatkan kepadaku bahwa aku bisa mengendalikan hidupku dan aku punya kekuatan untuk mengubah apa yang tidak ku sukai,” katanya.
- Jangan sekali-kali mengatakan itu sudah terlambat
Al Comley menunggu 30 tahun untuk mendapatkan kesempatan kedua. Pada tahun 1935, dalam umur 19 tahun, dia masuk sekolah bisnis dan pelajaran yang paling disukainya adalah bidang penjualan. Tetapi ketika itu adalah zaman depresi, dan setelah tamat, Al mengambil pekerjaan pertama yang didapatnya – bagian pemesanan di sebuah perusahaan makanan. Beberapa kali selama bertahun-tahun, Al berpikir ingin pindah ke bagian sales, tetapi tidak melakukannya. Akhirnya, pada umur 53 tahun, dia bertindak lebih awal dan menjadi agen asuransi. “Seharusnya aku masuk bagian sales lebih awal,” katanya. “Tapi sekurang-kurangnya aku tidak menunggu selamanya.” Pada umur 70 tahun, sekarang Al bekerja untuk Fuller Brush dan mempunyai wilayah dengan 300 pelanggan.
- Taklukkan gunung setahap demi setahap
Kata Steven Danish, ketua jurusan psikologi di Virginia Commonwealth University, “Dengan memecah-mecah sasaran menjadi bagian-bagian yang bisa dicapai, kita meningkatkan keuntugan dalam mendapatkan jangka pendek, dan kita menurunkan harga yang harus dibayar dalam upaya mencapainya.”
- Bersedialah melakukan tukar-menukar
Alan Marlatt, seorang ahli psikologi Universitas Washington, meyarankan untuk menuliskan konsekuensi jangka pendek maupun jangka panjang dari setiap kesempatan kedua yang kita hadapi. “Tentukan mana yang positif dan mana yang negatif,” dia menyarankan, dan pertimbangkan perbedaannya. Dapatkah kamu hidup dengan negatif? Ini akan membantu kamu menghadapi kegagalan.
Karena ketika bekerja keras, kita akan mendapatkan apa saja yang kita inginkan. Tetapi kita tidak bisa memiliki segala-galanya, secara sekaligus. Yang penting adalah mengetahui bahwa dalam setiap kesempatan kedua akan da tukar-menukar dan leboh sering kita harus membuat pengorbanan.
- Bersedialah untuk berubah
Kita semua pernah kenal degan tukang mengeluh yang kronis, yang meratapi pekerjaan mereka, perkawinan mereka atau kehidupan pada umumnya. Tetapi kita idak pernah melihat ada tukang mengeluh seperti itu yang melakukan sesuatu yang kontruktif untuk mengubah apa yang membuat mereka tidak bahagia. Mendapat kesempatan kedua berarti bahwa kita yakin perubahan bisa kita raih dan bahwa kita akan memetik keuntungan dari perubahan itu.
- Jangan mau menerima jawaban tidak bahkan dari dirimu
Hidup ini penuh dengan kesempatan kedua bagi kita semua, untuk mencapai hasil dalam apa yang kita lakukan, untuk mengubah kegagalan menjadi sukses melalui suatu usaha baru atau sikap yang berbeda. Kita tidak perlu membatasi diri sendiri. Yang kita perlukan untuk menghadapi kesempatan kedua adalah kemampuan mengenali dan keberanian untuk bertindak.
Comments
Post a Comment